Langsung ke konten utama

Burung Kusayang, Uangku Terbang


Pak Wiro menghela napas panjang. Tangannya menengadah ke atas. Bibirnya komat kamit merapal doa. Sesaat kemudian dia menyapukan kedua tangan ke wajahnya.

Pak Wiro berjalan ke ruang tengah. Ke tempat istrinya sedang duduk menyelesaikan rajutan.

"Bu, capek ya. Aku pijitin, ya," suara Pak Wiro terdengar syahdu.

"Hm." Bu Wiro hanya berdehem tanpa menoleh ke arah Pak Wiro, masih asyik dengan rajutannya. Dia membetulkan kacamata yang mlorot.

Pak Wiro meletakkan kursi di samping kursi goyang istrinya. Dia memijit lembut tungkai istrinya.

"Mau apa lagi? Nggak usah sok baik-baik begitu!" Bu Wiro berkata dengan ketus.

"Pokoknya nggak ada beli burung-burung lagi. Sudah tua malah aneh-aneh!" Mata Bu Wiro hampir meloncat keluar.

"Ish, suami baik gini, mau nyayang-nyayang, kok malah dicurigai macem-macem to Bu." suara Pak Wiro memelas.

"Aku kemarin lewat toko baru deket pasar burung, toko i..."

"Nah kan, ketahuan mau beli burung lagi. Udah pensiun, uang bukannya diirit-irit, ini malah beli burung!" Belum juga Pak Wiro selesai ngomong, sudah disambar.

"Memangnya melihara burung gampang! Nanti ujung-ujungnya kerjaanku yang nambah!" Nada suara Bu Wiro bertambah dua oktaf.

"Belum lagi anggaran beli makanannya. Memang murah! Awas aja kalo masih beli-beli burung lagi!" Emosi Bu Wiro tak jua mereda.

"Aku cuma nganter Pak Udin aja. Dia nanya dimana beli burung yang ijo itu, loh." Pak Wiro menjelaskan.

"Bapak minta maaf deh, Ibu udah ya marahnya. Bapak janji nggak beli burung lagi. Tapi yang satu itu tetep boleh dipelihara ya," pinta Pak Wiro.

"Ndak perlu ngrayu-ngrayu gitu. Nggak mempan." Bu Wiro melirik penuh kemenangan.

"Lagian burungnya juga udah nggak ada." Bu Wiro berkata pelan.

"Ha! Nggak ada gimana? Tadi pagi masih ada, Bapak kasih dia makan, kok." Pak Wiro kaget. Dia berdiri, hendak menuju taman belakang tempat dia menaruh burungnya.

"Sudah aku jual," kata Bu Wiro datar.
Pak Wiro menghentikan langkahnya. Dia menoleh ke arah istrinya.

"Kapan, sama siapa?" Pak Wiro bertanya.

"Kenapa? Tenang aja kita untung banyak kok," jawab Bu Wiro.

"Memang Ibu jual berapa?" selidik Pak Wiro.

"Bapak kemarin bilang belinya dua ratus ribu, kan?" Bu Wiro tetap asyik memainkan hakkennya.

"Tadi masnya yang beli ngasih harga sejuta. Ya langsung aku kasih." Bu Wiro berkata tanpa beban.

'Aduh, mati aku!'

Pak Wiro menepuk jidatnya sendiri.

"Nah, yang 800 ribu aku minta buat beli benang. Kan Bapak cuma modal dua ratus ribu." Bu Wiro mengambil uang lembaran seratus ribu dari kantong dasternya.

"Nih, uang Bapak." Bu Wiro mengulurkan dua lembar uang warna merah.

Pak Wiro menerima dengan wajah kusut.
"Bu, harga burung itu dua juta bukan dua ratus ribu," kata Pak Wiro lirih.

"Ngomong apa barusan, Pak?" Bu Wiro mendongak.

"Hah, nggak ngomong apa-apa kok." jawab Pak Wiro terbata.

'Hm, gini nih, kalau bohong sama istri. Mau untung malah buntung. Nasib, nasib.'

Pak Wiro melangkah keluar rumah dengan gontai.


Tulisan ini diikutsertakan dalam challenge one day one post bersama estrilook.community.


Komentar

  1. Berkata jujurlah agar tidak ketiban sial. Hehe
    Nice story mba.

    BalasHapus
  2. Kok ceritanya mirip sama kejadian suamiku 😂😂😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh, harusnya diberi keterangan semua nama dan kejadian hanya rekayasa, bila ada kemiripan hanya kebetulan saja😜

      Hapus
    2. Terima kasih kunjungannya 😊

      Hapus
  3. Balasan
    1. Antara kasihan dan sukurin ya mbak. 😄
      Terima kasih sudah betkunjung 😊

      Hapus
  4. Hahaha
    Lucuuuk,, ceritanya asyik banget, Mbak.. Menghibur.😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih mbak, alhamdulillah kalau bisa menghibur.😊
      Terima kasih kunjungannya

      Hapus
  5. Ceritanya asyik Mbak, bingung antara pengen ngakak sama kasihan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih 😍😊, alhamdulillah bisa menghibur.
      Terima kasih sudah mampir.

      Hapus
  6. Balasan
    1. Hehehe 😁😁😁
      Terima kasih atas kunjungannya 😊

      Hapus
  7. Balasan
    1. Alhamdulillah, bisa bikin senyum.
      Terima kasih sudah mampir ☺

      Hapus
  8. Balasan
    1. Biasanya bapak-bapak emang gitu ya mbak...😄
      Terima kasih sudah berkunjung 😊

      Hapus
  9. Saya suka nggak suka pelihara burung. Radanya kasihan aja dikurung terus. Suami suka dan dia mau ngurusin sendiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama mbak, kalo pak su, suka pelihara macem2. Sayanya yg nggak mau ribet 😅.
      Terima kasih sudah berkunjung.

      Hapus
  10. Ya Allah, pak udin dibawa-bawa yess..itu suami saya *apaan sih :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh, kena pasal hak cipta nggak ini bu founder😄.
      Saya tak kabur dulu ajalah...☺

      Hapus
  11. Ja di Inget si Abah Pencinta Burung, Pas beli yang mahal, besoknya terbang, kata si Ibu "Alhamdulillah" hi..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Uangnya beneran terbang dong mbak 😄.
      Terima kasih sudah berkunjung 😊

      Hapus
  12. Bikin senyum ya mbak 😄
    Terima kasih sudah mampir 😊

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku: Diorama Sepasang ALBANNA

Judul: Diorama Sepasang Albana Pengarang: Ari Nur (Pemenang Sayembara Menulis Novel Islami Mizan) Penerbit: PT Mizan Pustaka Tahun: Cetakan II Mei 2008 Tebal: 216 halaman ISBN: 9789791738514 Genre: Novel Roman Diorama Sepasang Albana adalah kisah pencarian cinta sejati sepasang muda mudi yang menggeluti dunia arsitek. Cerita cinta antara Ryan dan Rani. Keduanya dipertemukan dalam sebuah biro arsitek ternama Ibukota. Walau bekerja sama dalam sebuah biro konsultasi, mereka tak pernah akur. Ryan adalah sosok pria milenial mapan yang perfeksionis. Sedangkan Rani adalah arsitek muda yang agamis dan idealis. Latar belakang, pola pikir, dan kepribadian yang bertolak belakang, semakin memperuncing permusuhan mereka berdua. Namun ternyata mereka punya satu kesaman. Keduanya mengidolakan tokoh arsitek Islam, Imam Hasal Al-Banna. Ryan mulai galau saat merasa tidak lagi mampu hidup sendiri. Walau termasuk golongan eksekutif muda mapan yang banyak digandrungi perempuan, R

Si Kecil Picky Eater? Coba 3 Cara Ini, Yuk!

Si kecil hanya mau melahap, makanan tertentu saja? Kemungkinan si kecil adalah picky eater , alias pilih-pilih makanan. Emak pasti khawatir ya. Takut kesehatannya terganggu, takut asupan gizinya kurang, dan takut perkembangannya terhambat. Saat menginjak usia 1 tahun, si kecil boleh mengonsumsi apa saja yang ada di meja makan. Namun, kondisi ini menimbulkan kekhawatiran baru. Kurangnya variasi MPAsi yang diberikan, bisa membuat anak hanya menyukai makanan tertentu saja. Pengalaman saya, MPAsi si sulung maksimal karena hampir semua sayur dan buah dikenalkan. Sedangkan pada si bungsu, hanya terbatas yang ada di tukang sayur saja. Kondisi ini ternyata berdampak pada pola makan mereka. Si sulung menyukai hampir semua sayur dan buah. Tak perlu drama saat makan, apapun yang disajikan emaknya, dia lahap. Namun, berbeda dengan bungsu. Dia hanya mau makan sayur tertentu saja. Makanan favoritnya ya, mi, telur dadar, dan kecap. Aduh, mana cukup vitaminnya 😥. Setelah lepas ASI, B

Ide Mentok saat Bikin Masakan untuk Keluarga Tercinta? Cobain Yuk, 5 Resep Olahan Telur Ini!

sumber sriwijaya post.tribun Besok masak apa Mak? Ini adalah pertanyaan horor buat saya, 😂, karena sering bingung mau menyajikan apa di meja makan. Sebenarnya bisa saja asal masak, sop, sayur bening, tumisan, atau sekadar goreng lauk berprotein hewani plus sambal. Namun, yang jadi masalah adalah tidak semua anggota keluarga  welcome  dengan menu tersebut, betul nggak, Mak?  Sebelkan, ya, bila sudah susah masak, eh, nggak ada yang nyentuh. Itu makanan awet di meja makan kayak diberi formalin 😜. Kalau masak kesukaan keluarga, bosen juga, masa’ iya, tiap hari menunya itu-itu saja. Nggak berubah. Selain bosen, asupan yang masuk ke dalam tubuh jadi kurang seimbang dan tidak bervariasi. Ujung-ujungnya perkembangan buah hati dan kesehatan jadi terganggu. Bila sudah begini, (jurus andalan sayah) telur menjadi alternatif. Hampir semua suka sama benda bulat yang berasal dari pantat ayam ini, eh 😂🙊. Telur punya banyak nutrisi dan gizi yang diperlukan tubuh, tapi ada juga asup