Secangkir teh hangat kuletakkan di meja di sampingnya. Kepulan asap membumbung ke udara. Hening. Suara rintik hujan terdengar merdu di telinga.
"Laper?" tanyaku.
Dia, lelaki bermata coklat itu, mengeleng. Tak bersuara, hanya senyum manis terlukis di wajahnya.
"Sini," panggilnya lirih.
"Sudah duduk aja di sini. Kita nikmati malam dan hujan." Dia duduk dengan kaki ditekuk dan tangan melingkari lututnya.
Aku duduk di depannya. Kudorong tubuhku ke belakang mendekatinya. Kutelusupkan kepalaku ke dalam pelukannya. Hangat. Kupalingkan wajah kearahnya.
"Dulu kamu paling sebel sama hujan. Selalu menggerutu tiap kali hujan turun." Aku tersenyum mengenang masa lalu kami.
"He em. Hujan memang bikin banyak rencana berantakan." Bibirnya mengerucut membuat wajahnya terlihat lucu.
"Jadi inget pas kita dinner anniversary, kamu bahkan hampir banting meja. Tapi malah kita having so much fun that night." Aku terkenang kejadian dua tahun silam.
"Walau setelah itu, kita harus buru-buru check out karena bu bos memanggil, kan?" tawanya merekah dan membuatku semakin jatuh cinta. Kubalikkan tubuh menghadapnya.
"Tapi aku suka hujan. Bahkan selalu berharap hujan turun tiap hari." Kutatap kedua manik hitamnya.
Kudaratkan kecupan lembut nan ringan di bibirnya.
"Me too," ujarnya sekilas.
"Sejak kapan kamu suka hujan?" tanyaku.
"Sejak ada kamu." Aku mengarahkan dua pupilku ke atas.
"Gombal!"jawabku. Dia hanya tertawa.
"I wish I could stop the time, aku pastikan selamanya seperti ini." Dia menerawang ke luar jendela.
"Waktu berhenti berputar malam ini, dan hujan takkan pernah berhenti." Kerling matanya menggoda.
Sejak dulu aku selalu menyukai hujan. Syahdunya, aromanya, suasananya, petrichornya. Kini, aku semakin mencintai hujan. Seperti malam ini. Doaku agar hujan datang, dikabulkan.
Aku berterima kasih pada hujan malam ini. Karenanya aku bisa memeluk laki-lakiku lebih lama. Karena hujan, aku puas menghirup bau khas tubuhnya. Karena hujan, aku merasa menjadi perempuan utuh yang mencintai dan dicintai.
Dia, laki-lakiku, tak bisa leluasa menikmati waktu bersamaku bila tak ada hujan. Karena dia harus membagi waktu antara aku dan istri sahnya. Karena aku, hanya selingkuhannya.
Tulisan ini diikutsertakan dalam challenge one day one post bersama estrilook.community
Masya Allah. Bagus ini. KembangKem ya
BalasHapusAlhamdulillah, terima kasih kang Asep...
Hapus