Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober 7, 2018

Pengganti Bapak

Rahma memejamkan mata, menahan napas, dan bergeming di samping Bagas. Beberapa menit kemudian terdengar saklar lampu dipencet, ruangan gelap. Disusul suara derit engsel dan pintu tertutup. Rahma membuka mata. Temaram lampu dari ventilasi menerangi kamar. Dia menghela napas panjang. Sudah hampir sebulan, dia tidur di kamar Bagas. Anak manis inilah, satu-satunya penghibur hati. Belum sirna kesedihannya, kehilangan Bapak. Rahma sudah harus menahan perih karena hatinya patah. Air matanya kembali mengalir. Tangisan tanpa suara. * "Mama Rahma, maemnya udah ya, Bagas takut telat." Mulut mungil itu bersuara. "Maemnya dihabiskan dulu. Nanti berangkat bareng mama, nggak akan telat." Senyum menghiasi wajah manis Rahma. "Hm, bilang aja Bagas nggak mau berangkat sama Ayah." Sigit menyahut. Mulutnya mengerucut, membentuk piramida kecil. "Sejak ada Mama Rahma, Bagas nggak sayang Ayah lagi." Bibir Sigit melengkung ke bawah. Lucu. Bagas terke