Langsung ke konten utama

Memesona itu kaya hati dan dewasa dalam berfikir.

Memesona itu kaya hati dan dewasa dalam berfikir.
Memesona versi saya itu adalah kekayaan hati, kedewasaan dan kematangan emosional yang dibalut dengan kesederhanaan dan kesahajaan.

Dan saya terpesona dengan kepribadian laki-laki yang sekarang menjadi ayah dari anak-anak saya. Dia bukan tipe laki-laki yang romantis, berpenampilan keren dan suka jaim. Hanya laki-laki biasa yang sederhana dan apa adanya.

Kesan pertama, sangat-sangat tidak mengena dihati. Fitrah manusia melihat hanya dari tampilan luarnya saja. Tapi dia keukeuh mendekati saya. Akhirnya senjata andalan saya keluarkan, saya tantang menemui orang tua saya untuk menyampaikan maksud dan tujuannya meminang saya. Tanpa saya sangka dia langsung menyanggupi. Dan ketika kedua orang tua saya melihat  dia, entah kenapa dan bagaimana, mereka mengatakan bahwa dialah laki-laki yang tepat untuk menjadi imam saya. Dueng,,, bagai petir di siang bolong, senjata makan tuan, niat hati agar dia kabur, malah approvement yang dia terima.

Mau tidak mau, saya harus menepati janji saya, kalau bapak ibu setuju, saya siap menerima. Berawal dari sejak saat itu, saya berusaha membuka hati. Saya berusaha mengenal dia lebih dalam lagi. Ternyata penilaian kedua orang tua saya tidak salah. Sedikit demi sedikit dia mulai memesona saya. Bukan karena tampilan fisik dan sikap yang dibuat-buat. Tapi dia memesona saya dengan kesederhanaan dan kedewasaannya. Dia tidak sungkan menjadi dirinya sendiri tanpa takut saya illfeel.

Ternyata dia orang yang sangat sabar,  ketika saya mengatakan bahwa saya belum bisa mencintai dia, jawabnya dia akan menunggu dan membuat saya mencintainya. Dan itu dibuktikannya. Kesabarannya menghadapi saya yang sering cuek padanya, memesona saya. Saat saya lelah menghadapi permasalahan yang kompleks di sekolah tempat saya mengajar, dia dengan sabar mendengar uring-uringan saya, bahkan sering memberi masukan dan solusi yang tidak pernah terfikirkan oleh saya. Ketika saya PMS, dia pun dengan dewasa menghadapi saya yang ngambek dan marah-marah tidak jelas. Dia berjanji akan selalu bisa diandalkan dan ada disisi saya bagaimanapun beratnya persoalan yang dihadapi.

Delapan bulan sejak perkenalan, kami menikah. Setelah menikah, dia benar-benar semakin memesona. Dia adalah sosok suami siaga dan tidak sungkan membantu istri melakukan pekerjaan rumah. Ketika hamil anak pertama, kami yang kala itu masih tinggal berjauhan, tidak menghalangi dia menjadi suami siaga. Tidak pernah lupa menelpon hanya untuk mengingatkan minum susu dan vitamin. Ketika anak pertama kami lahir, saya yang pada waktu itu kesulitan ngAsi tetap kuat karena dia selalu support dan menggenggam tangan saya. Pun sekarang setelah anak kedua kami lahir. Dia tetap menjadi seorang suami dan ayah yang sangat memesona. Ketika si bungsu harus dirawat di ruang intensif karena tingginya kadar bilirubin di darahnya, dia tetap bisa menguatkan saya. Walaupun pasti dia juga terpukul. Hingga sekarang dia tidak enggan menggantikan saya membersihkan kotoran pup anak-anak kami yang masih batita. Selalu siap menina bobokan si kakak ketika malam hari saat saya sudah kelelahan. Setiap hari saat jam istirahat kantor selalu menyempatkan menelpon anak-anak.

Dia benar-benar melaksanakan kewajibannya sebagai ayah. Tidak hanya memberikan nafkah lahir kepada anak-anak tapi juga memenuhi kebutuhan batin mereka. Tidak pernah merasa gengsi saat di kritik bagaimana bersikap yang tepat menghadapi anak-anak. Selalu ikut belajar dan mencari solusi yang tepat ketika anak-anak sedang GTM, sakit atau sedang sulit di handle. Dia membuktikan perkataannya untuk selalu men-support apapun permasalahan yang dihadapi.

Manusia tidak ada yang sempurna. Pun dia, suami saya. Kekurangannya memang sebanyak bintang di langit. Hanya satu-dua kelebihannya, bagaikan matahari. Tapi ketika matahari bersinar, tak satupun bintang terlihat. Saat kita hanya fokus pada kelebihan orang lain maka kekurangannya akan tertutupi dengan sendirinya. Dan suami saya memesona saya dengan cara dia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku: Diorama Sepasang ALBANNA

Judul: Diorama Sepasang Albana Pengarang: Ari Nur (Pemenang Sayembara Menulis Novel Islami Mizan) Penerbit: PT Mizan Pustaka Tahun: Cetakan II Mei 2008 Tebal: 216 halaman ISBN: 9789791738514 Genre: Novel Roman Diorama Sepasang Albana adalah kisah pencarian cinta sejati sepasang muda mudi yang menggeluti dunia arsitek. Cerita cinta antara Ryan dan Rani. Keduanya dipertemukan dalam sebuah biro arsitek ternama Ibukota. Walau bekerja sama dalam sebuah biro konsultasi, mereka tak pernah akur. Ryan adalah sosok pria milenial mapan yang perfeksionis. Sedangkan Rani adalah arsitek muda yang agamis dan idealis. Latar belakang, pola pikir, dan kepribadian yang bertolak belakang, semakin memperuncing permusuhan mereka berdua. Namun ternyata mereka punya satu kesaman. Keduanya mengidolakan tokoh arsitek Islam, Imam Hasal Al-Banna. Ryan mulai galau saat merasa tidak lagi mampu hidup sendiri. Walau termasuk golongan eksekutif muda mapan yang banyak digandrungi perempuan, R

Si Kecil Picky Eater? Coba 3 Cara Ini, Yuk!

Si kecil hanya mau melahap, makanan tertentu saja? Kemungkinan si kecil adalah picky eater , alias pilih-pilih makanan. Emak pasti khawatir ya. Takut kesehatannya terganggu, takut asupan gizinya kurang, dan takut perkembangannya terhambat. Saat menginjak usia 1 tahun, si kecil boleh mengonsumsi apa saja yang ada di meja makan. Namun, kondisi ini menimbulkan kekhawatiran baru. Kurangnya variasi MPAsi yang diberikan, bisa membuat anak hanya menyukai makanan tertentu saja. Pengalaman saya, MPAsi si sulung maksimal karena hampir semua sayur dan buah dikenalkan. Sedangkan pada si bungsu, hanya terbatas yang ada di tukang sayur saja. Kondisi ini ternyata berdampak pada pola makan mereka. Si sulung menyukai hampir semua sayur dan buah. Tak perlu drama saat makan, apapun yang disajikan emaknya, dia lahap. Namun, berbeda dengan bungsu. Dia hanya mau makan sayur tertentu saja. Makanan favoritnya ya, mi, telur dadar, dan kecap. Aduh, mana cukup vitaminnya 😥. Setelah lepas ASI, B

Ide Mentok saat Bikin Masakan untuk Keluarga Tercinta? Cobain Yuk, 5 Resep Olahan Telur Ini!

sumber sriwijaya post.tribun Besok masak apa Mak? Ini adalah pertanyaan horor buat saya, 😂, karena sering bingung mau menyajikan apa di meja makan. Sebenarnya bisa saja asal masak, sop, sayur bening, tumisan, atau sekadar goreng lauk berprotein hewani plus sambal. Namun, yang jadi masalah adalah tidak semua anggota keluarga  welcome  dengan menu tersebut, betul nggak, Mak?  Sebelkan, ya, bila sudah susah masak, eh, nggak ada yang nyentuh. Itu makanan awet di meja makan kayak diberi formalin 😜. Kalau masak kesukaan keluarga, bosen juga, masa’ iya, tiap hari menunya itu-itu saja. Nggak berubah. Selain bosen, asupan yang masuk ke dalam tubuh jadi kurang seimbang dan tidak bervariasi. Ujung-ujungnya perkembangan buah hati dan kesehatan jadi terganggu. Bila sudah begini, (jurus andalan sayah) telur menjadi alternatif. Hampir semua suka sama benda bulat yang berasal dari pantat ayam ini, eh 😂🙊. Telur punya banyak nutrisi dan gizi yang diperlukan tubuh, tapi ada juga asup