Secangkir teh hangat kuletakkan di meja di sampingnya. Kepulan asap membumbung ke udara. Hening. Suara rintik hujan terdengar merdu di telinga. "Laper?" tanyaku. Dia, lelaki bermata coklat itu, mengeleng. Tak bersuara, hanya senyum manis terlukis di wajahnya. "Sini," panggilnya lirih. "Sudah duduk aja di sini. Kita nikmati malam dan hujan." Dia duduk dengan kaki ditekuk dan tangan melingkari lututnya. Aku duduk di depannya. Kudorong tubuhku ke belakang mendekatinya. Kutelusupkan kepalaku ke dalam pelukannya. Hangat. Kupalingkan wajah kearahnya. "Dulu kamu paling sebel sama hujan. Selalu menggerutu tiap kali hujan turun." Aku tersenyum mengenang masa lalu kami. "He em. Hujan memang bikin banyak rencana berantakan." Bibirnya mengerucut membuat wajahnya terlihat lucu. "Jadi inget pas kita dinner anniversary, kamu bahkan hampir banting meja. Tapi malah kita having so much fun that night." Aku terkenang kejadian ...
menginformasi, mengedukasi, menginspirasi