Pak Wiro menghela napas panjang. Tangannya menengadah ke atas. Bibirnya komat kamit merapal doa. Sesaat kemudian dia menyapukan kedua tangan ke wajahnya.
Pak Wiro berjalan ke ruang tengah. Ke tempat istrinya sedang duduk menyelesaikan rajutan.
"Bu, capek ya. Aku pijitin, ya," suara Pak Wiro terdengar syahdu.
"Hm." Bu Wiro hanya berdehem tanpa menoleh ke arah Pak Wiro, masih asyik dengan rajutannya. Dia membetulkan kacamata yang mlorot.
Pak Wiro meletakkan kursi di samping kursi goyang istrinya. Dia memijit lembut tungkai istrinya.
"Mau apa lagi? Nggak usah sok baik-baik begitu!" Bu Wiro berkata dengan ketus.
"Pokoknya nggak ada beli burung-burung lagi. Sudah tua malah aneh-aneh!" Mata Bu Wiro hampir meloncat keluar.
"Ish, suami baik gini, mau nyayang-nyayang, kok malah dicurigai macem-macem to Bu." suara Pak Wiro memelas.
"Aku kemarin lewat toko baru deket pasar burung, toko i..."
"Nah kan, ketahuan mau beli burung lagi. Udah pensiun, uang bukannya diirit-irit, ini malah beli burung!" Belum juga Pak Wiro selesai ngomong, sudah disambar.
"Memangnya melihara burung gampang! Nanti ujung-ujungnya kerjaanku yang nambah!" Nada suara Bu Wiro bertambah dua oktaf.
"Belum lagi anggaran beli makanannya. Memang murah! Awas aja kalo masih beli-beli burung lagi!" Emosi Bu Wiro tak jua mereda.
"Aku cuma nganter Pak Udin aja. Dia nanya dimana beli burung yang ijo itu, loh." Pak Wiro menjelaskan.
"Bapak minta maaf deh, Ibu udah ya marahnya. Bapak janji nggak beli burung lagi. Tapi yang satu itu tetep boleh dipelihara ya," pinta Pak Wiro.
"Ndak perlu ngrayu-ngrayu gitu. Nggak mempan." Bu Wiro melirik penuh kemenangan.
"Lagian burungnya juga udah nggak ada." Bu Wiro berkata pelan.
"Ha! Nggak ada gimana? Tadi pagi masih ada, Bapak kasih dia makan, kok." Pak Wiro kaget. Dia berdiri, hendak menuju taman belakang tempat dia menaruh burungnya.
"Sudah aku jual," kata Bu Wiro datar.
Pak Wiro menghentikan langkahnya. Dia menoleh ke arah istrinya.
"Kapan, sama siapa?" Pak Wiro bertanya.
"Kenapa? Tenang aja kita untung banyak kok," jawab Bu Wiro.
"Memang Ibu jual berapa?" selidik Pak Wiro.
"Bapak kemarin bilang belinya dua ratus ribu, kan?" Bu Wiro tetap asyik memainkan hakkennya.
"Tadi masnya yang beli ngasih harga sejuta. Ya langsung aku kasih." Bu Wiro berkata tanpa beban.
'Aduh, mati aku!'
Pak Wiro menepuk jidatnya sendiri.
"Nah, yang 800 ribu aku minta buat beli benang. Kan Bapak cuma modal dua ratus ribu." Bu Wiro mengambil uang lembaran seratus ribu dari kantong dasternya.
"Nih, uang Bapak." Bu Wiro mengulurkan dua lembar uang warna merah.
Pak Wiro menerima dengan wajah kusut.
"Bu, harga burung itu dua juta bukan dua ratus ribu," kata Pak Wiro lirih.
"Ngomong apa barusan, Pak?" Bu Wiro mendongak.
"Hah, nggak ngomong apa-apa kok." jawab Pak Wiro terbata.
'Hm, gini nih, kalau bohong sama istri. Mau untung malah buntung. Nasib, nasib.'
Pak Wiro melangkah keluar rumah dengan gontai.
Tulisan ini diikutsertakan dalam challenge one day one post bersama estrilook.community.
Berkata jujurlah agar tidak ketiban sial. Hehe
BalasHapusNice story mba.
Itulah seninya rumah tangga ya mbak...๐
HapusTerima kasih sudah mampir ๐
HapusKok ceritanya mirip sama kejadian suamiku ๐๐๐
BalasHapusWaduh, harusnya diberi keterangan semua nama dan kejadian hanya rekayasa, bila ada kemiripan hanya kebetulan saja๐
HapusTerima kasih kunjungannya ๐
Hapushahahhaha kasian deh pak wiro
BalasHapusAntara kasihan dan sukurin ya mbak. ๐
HapusTerima kasih sudah betkunjung ๐
Hm
BalasHapusHm juga ๐
HapusTerima kasih kunjungannya ๐
Hahaha
BalasHapusLucuuuk,, ceritanya asyik banget, Mbak.. Menghibur.๐
Terima kasih mbak, alhamdulillah kalau bisa menghibur.๐
HapusTerima kasih kunjungannya
Ceritanya asyik Mbak, bingung antara pengen ngakak sama kasihan.
BalasHapusTerima kasih ๐๐, alhamdulillah bisa menghibur.
HapusTerima kasih sudah mampir.
Lucu mbak. Hehe
BalasHapusHehehe ๐๐๐
HapusTerima kasih atas kunjungannya ๐
Bikin senyum bacanya ^^
BalasHapusAlhamdulillah, bisa bikin senyum.
HapusTerima kasih sudah mampir โบ
Waah.. .MissCom. ..
BalasHapusBiasanya bapak-bapak emang gitu ya mbak...๐
HapusTerima kasih sudah berkunjung ๐
Saya suka nggak suka pelihara burung. Radanya kasihan aja dikurung terus. Suami suka dan dia mau ngurusin sendiri.
BalasHapusSama mbak, kalo pak su, suka pelihara macem2. Sayanya yg nggak mau ribet ๐ .
HapusTerima kasih sudah berkunjung.
Ya Allah, pak udin dibawa-bawa yess..itu suami saya *apaan sih :D
BalasHapusWaduh, kena pasal hak cipta nggak ini bu founder๐.
HapusSaya tak kabur dulu ajalah...โบ
Ja di Inget si Abah Pencinta Burung, Pas beli yang mahal, besoknya terbang, kata si Ibu "Alhamdulillah" hi..
BalasHapusUangnya beneran terbang dong mbak ๐.
HapusTerima kasih sudah berkunjung ๐
Bikin senyum ya mbak ๐
BalasHapusTerima kasih sudah mampir ๐